IDI Palembang Ingatkan Masyarakat Bahaya Makanan Berformalin

Ketua IDI Palembang, DR. Dr. Zulkhair Ali, Sp.PD, K-GH, FINASIM. (ist/rmolsumsel.id)
Ketua IDI Palembang, DR. Dr. Zulkhair Ali, Sp.PD, K-GH, FINASIM. (ist/rmolsumsel.id)

Bahan berbahaya seperti formalin saat ini kerap digunakan oknum pedagang makanan nakal untuk membuat makanan yang dijual tahan lama. Hal ini tentu mengancam kesehatan orang yang mengonsumsinya.


Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Palembang, DR. Dr. Zulkhair Ali, Sp.PD, K-GH, FINASIM menyebutkan, kandungan pengawet makanan bisa berdampak buruk terhadap tubuh manusia. Baik jangka pendek maupun panjang.

Formalin sendiri merupakan zat beracun yang biasanya digunakan untuk mengawetkan jasad atau mayat dan dapat dengan mudahnya menyebar melalui udara. Paparan jangka pendek akibat kontak fisik dengan formalin dapat menyebabkan iritasi kulit, mata, dan saluran pernapasan.

Formalin itu merupakan zat yang berbahaya, yang biasanya dipakai oleh beberapa oknum untuk pengawet. Padahal selama ini formalin tersebut diperuntukan bagi mayat yang akan dikuburkan kurang dari satu minggu pasti diberi pengawet ini (formalin), ujarnya.

Sehingga dia menegaskan penggunaan formalin pada makanan merupakan suatu tindakan yang tak wajar, meskipun diberikan dengan dosis sedikit akan tetap memberikan dampak yang tidak baik bagi kesehatan manusia.

Jadi dapat dibayangkan jika pengawet tersebut diberikan pada makanan. Walaupun dosisnya rendah tetap berbahaya, ungkapnya.

Konsumsi formalin secara berkala tentu akan menyasar sejumlah organ tubuh yang berkaitan erat dengan detoksifikasi dan pencernaan makanan. “Apabila secara tidak sadar kita telah mengkonsumsi formalin yang terkandung dalam makanan, maka hati yang memiliki peran untuk memecah bahan kimia dan bahan yang akan masuk dalam tubuh kita akan terganggu. Dampaknya adalah penyakit liver misal, sambungnya.

Dia mengatakan dampak tersebut akan terjadi sesuai dengan dosis yang dimakan. Jika konsumsi formalin tersebut dengan dosis yang tinggi maka dampak yang dirasakan atau reaksi yang didapatkan akan langsung terasa, tetapi jika mengkomsumsi formalin tersebut dengan dosis yang rendah maka dampaknya tidak langsung terasa.

"Kapan kita bisa merasakan efeknya itu tergantung dosis dan waktu, kalau dia dosisnya tinggi itu dapat terasa langsung, kadang-kadang ada saatnya kita memakan suatu makanan, dan tiba-tiba kita langsung merasakan  mules atau sakit perut, itu adalah salah satu reaksi yang cepat yang dihasilkan dari formalin tersebut,," sambungnya.

Namun, lanjutnya jika dosisnya kecil itu akan terasa dalam jangka waktu yang lama, itulah yang kadang-kadang merusak hati, ginjal dan bahkan merusak otak.

Guna menghindari konsumsi formalin di beberapa makanan yang dijual oleh oknum pada kudapan dan makanan yang dijual di pasaran, Zulkhair menyarankan agar masyarakat lebih cerdas dalam memilih makanan yang mengdandung formalin.

"Agar terhindar dari bahan tersebut kita harus lebih cerdas lagi sebelum membeli bahan makanan yang nantinya mau kita kosumsi, jika bahan makanan tersebut berbeda dari yang biasanya sebaiknya kita hindari agar terjaga dari hal-hal yang tak di inginkan", tutupnya.