Hasil Panen Merosot Karena Pupuk Langka, Petani di OKU Timur Terancam Berhenti Berkebun

Basuni (65), petani jagung di Desa Negeri Agung, Kecamatan BP Peliung, OKU Timur, Sumatera Selatan.(Amizon/RmolSumsel.id)
Basuni (65), petani jagung di Desa Negeri Agung, Kecamatan BP Peliung, OKU Timur, Sumatera Selatan.(Amizon/RmolSumsel.id)

Kelangkaan pupuk yang terjadi di Kabupaten OKU Timur, Sumatera Selatan saat ini membuat petani jagung menjerit karena berimbas terhadap hasil panen yang menurun drastis.


Seperti yang dialami Basuni (65), petani jagung di Desa Negeri Agung, Kecamatan BP Peliung, OKU Timur. Pada musim tanam kali ini, dirinya mengaku terpaksa tidak menggunakan pupuk lantaran sulit didapat karena langka.

“Musim tanam kali ini, saya tidak menggunakan pupuk sama sekali. Bukan sengaja, tapi karena pupuknya tidak ada. Saya dan beberapa petani lain sudah keliling mencari ke penjual pupuk di Martapura dan BP Peliung, tapi semuanya kosong,” ujarnya, Rabu (21/12).

Akibat tidak diberi pupuk, kata Basumi, pertumbuhan jagung tidak normal dan membuat hasil panen berkurang hingga 50 persen.

“Saya menanam jagung di lahan seluas 3 hektar. Sebelumnya kalau diberi pupuk hasil panen bisa mencapai 20 ton. Sekarang hasilnya turun drastis, Cuma sekitar 10 ton,” keluhnya.

Basumi mengaku pasrah dengan kondisi yang terjadi saat ini. Bahkan, dirinya sempat berpikir untuk berhenti menjadi petani jagung.

“Sudah ada beberapa petani di daerah ini yang berhenti menanam jagung. Kami harap pihak pemerintah terkait peduli dan pikirkan nasib petani. Kalau kondisinya terus begini, maka akan banyak masyarakat yang berhenti bertani,” katanya.

Kondisi serupa juga dialami Edi (67) petani asal Desa Pulau Negara, OKU Timur. Saat ini, ia mengaku bimbang mau meneruskan menanam jagung atau berhenti untuk sementara waktu. Sebab, hingga saat ini belum ada tanda-tanda pupuk urea beredar di pasaran.

“Takutnya ketika sudah melakukan penanaman pupuk masih tidak ada, bisa membuat pertumbuhannya jelek, jagugnya kerdil dan hasil panen pasti menurun. Makanya sekarang kita stop dulu berkebun jagung,” ungkapnya.

Dirinya juga berharap agar Pemerintah Kabupaten OKU Timur dapat secepatnya mengatasi kelangkaan pupuk yang kerap menghantui petani setiap musim tanam.

“Memang aneh, dari dulu setiap memasuki musim tanam, pupuk pasti langka. Kalau pun ada, pasti harganya mahal,” ujarnya.