Harga Karet di Sumsel Hari Ini Kembali Turun 

Ilustrasi pohon karet. (RmolSumsel.id)
Ilustrasi pohon karet. (RmolSumsel.id)

Harga Kadar Karet Kering (KKK) 100 sampai persen sampai 40 persen di Sumatera Selatan saat ini kembali turun harga sebesar Rp 193 per kilogram, Kamis (1/9).


Sebelumnya,harga KKK juga mengalami penurunan Rp 904 per kilogram pada Rabu (31/8) kemarin dan menyentuh harga Rp 20.277 per kilogram untuk KKK 100 persen.

Namun, pada hari ini harga karet juga kembali turun menjadi menjadi Rp 20.173 untuk KKK 100 persen.

Sedangkan untuk harga KKK FOB 70 persen berada di angka Rp 14.121 per kilogram, KKK FOB 60 persen seharga Rp 12.104 per kilogram, KKK FOB 50 persen Rp 10.086 per kilogram dan FOB 40 persen Rp 8.069 per kilogram.

Analis PSP Ahli Madya Dinas Perkebunan Sumatera Selatan Rudi Arpian mengatakan, penurunan harga terjadi baik di tingkat petani maupun di beberapa Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) yang ada di Kabupaten, Kota Sumatera Selatan.

Menurutnya, ada dua faktor yang menyebabkan harga karet di tingkat petani atau UPBB di Sumatera Selatan turun yaitu faktor eksternal dan faktor internal.

Untuk faktor eksternal, penurunan harga karet tidak terlepas dari kondisi karet TSR 20 di pasar global. Seperti dampak kebijakan oleh pemerintah Cina yang dipengaruhi  pandemi Covid-19 sehingga harus melakukan lockdown.

“Prinsip nol-Covid yang dianut Cina membuat pasar komoditas menjadi sangat tidak pasti. Kebijakan tersebut otomatis turut mempengaruhi laju sektor perdagangan internasional mereka,”kata Rudi, dalam keterangan yang diterima RMOLSumsel.id.

Di sisi lain, Cina merupakan konsumen atau importir terbesar nomor satu di dunia. Sehingga, konsekuensinya bila demand berkurang dari negeri ini sangat mempengaruhi harga di pasar global.

Faktor selanjutnya adalah pengaruh perang antara Rusia dengan Ukraina yang mempengaruhi ekonomi global dimana di negara Eropa terjadi resesi, krisis pangan  dan pada akhirnya daya beli masyarakat berkurang.

“Kemudian faktor daya saing karet asal Thailand, dari segi produktivitas maupun harga. Harga karet dari negara tetangga itu lebih murah dibanding negara produsen karet alam lainnya.Keadaan ini mengakibatkan pembeli dari industri ban besar lebih banyak membeli ke negeri ini, perlu juga diketahui bahwa produktivitas karet Thailand lebih tinggi dibandingkan Indonesia,”ujarnya.

Rudi juga menyebut ada faktor internal yang menyebabkan harga karet di Sumsel tiap hari mengalami penurunan. Hal itu terjadi karena produksi kaet rendah.

Bahkan, untuk mencari 1 ton karet per hari saja susah.

“Karena bibit asalan, kurang pemeliharaan dan kurang pemupukan,”ujarnya.

Kemudian, usia pohon karet yang sudah tua. Dari luas areal 1.2348.415 Hektar terdapat 11 persen atau 139.295 Hektare Tanaman Karet tua atau tanaman rusak.

 Sebagian besar karet juga dijual melalui pedagang pengepul secara harian, padahal sudah ada kelembagaan petani karet antara lain Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) yang menjual secara berkelompok melalui kemitraan atau lelang mingguan

“Keempat mutu,kebiasaan sebagian petani karet di Sumatera Selatan  dengan menyimpan bokarnya secara direndam atau dicampur dengan bahan bukan karet untuk memperberat timbangan. Bahan pembeku karet, pada umumnya petani karet selama ini menggunakan  pembeku  lateks yang murah dan mudah didapat di pasaran yang dapat menyerap air dalam jumlah banyak sehingga  bokar yang diperoleh menjadi berat,”jelasnya.