Hadiri BRJF 2023 di China, Ketum JMSI: Kerja Sama ini Kedepankan Kepentingan Nasional

Teguh Santosa menandatangani MoU dengan mantan Sekretaris Eksekutif ACJA, Wang Dongmei, China, Juni 2018/Ist
Teguh Santosa menandatangani MoU dengan mantan Sekretaris Eksekutif ACJA, Wang Dongmei, China, Juni 2018/Ist

Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) mendapatkan undangan khusus untuk hadir dalam Belt and Road Journalists Forum (BRJF) 2023 di Beijing, Republik Rakyat China (RRC) yang diselenggarakan dari tanggal 12-19 Oktober 2023.


Kegiatan yang bertema “Building a Beautiful Silk Road, Jointly Promoting Prosperity and Development” ini diselenggarakan Asosiasi Wartawan Seluruh China atau All China Journalist Association (ACJA) di Hotel Friendship, Beijing. Kegiatan ini dihadiri tidak kurang dari 65 wartawan dari 36 negara termasuk tuan rumah.

Peserta mewakili semua benua yang ada, yakni Asia dan Oseania, Afrika, Eropa, dan Amerika.

Ketua Umum JMSI, Teguh Santosa, menjadi salah satu peserta dalam acara tersebut. Dia diundang karena merupakan salah seorang pimpinan organisasi wartawan yang ikut dalam pembentukan BRJF di bulan Oktober 2017 lalu.

Ketika itu, kapasitasnya sebagai Ketua Bidang Luar Negeri Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang mewakili Ketua Umum PWI, almarhum Margiono.

Dalam BRJF tahun ini, selain Teguh, hadir dua wartawan dari Indonesia. Mereka adalah mantan Ketua Umum PWI Atal S. Depari dan Ahmad Kurnia. Keduanya mewakili Konfederasi Wartawan ASEAN atau Confederation of ASEAN Journalists (CAJ).

“BRJF didirikan untuk mengawal pelaksanaan kerja sama antara RRC dengan negara-negara di kawasan dalam kerangka Belt and Road Initiative (BRI), yang merupakan program unggulan pemerintahan Perdana Menteri Xi Jinping sejak 2012,” ujar Teguh dalam keterangannya, Kamis (12/10).

Setelah didirikan pada 2017, Teguh juga hadir dalam konferensi BRJF 2018 sebagai anggota Presidium BRJF. Dalam kesempatan itu, mewakili PWI menandatangani MoU dengan ACJA.

Setelah itu, pada 2019, Teguh absen karena tidak lagi menjadi pengurus PWI.

“Adapun di tahun 2020, 2021, dan 2022, BRJF tidak diselenggarakan karena pandemi Covid-19 yang masih melanda,” jelas Teguh.

“Saya senang kembali hadir dalam forum ini, seperti ketika ikut mendirikan BRJF. saya berharap Forum ini berperan sebagai sebuah wadah yang mempertemukan berbagai narasi, yang berkembang di tengah masyarakat,” tambahnya.

Lanjut dia, hal itu mengiringi kemitraan antara RRC dengan negara-negara lain di kawasan.

“Kerja sama ini mengedepankan kepentingan nasional dan tidak bertentangan dengan kepentingan rakyat,” jelasnya lagi.

Dalam Piagam BRJF yang ditandatangani tahun 2016, disebutkan bahwa Forum ini didirikan berdasarkan semangat perdamaian dan kerja sama, keterbukaan dan inklusivitas, saling mempelajari, dan saling menguntungkan.