Garuda Shield Bagian Penting dari Kerjasama Bilateral Indonesia-AS

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI bersama Commanding General US Army Pasific (USARPAC), General Charles A. Flynn saat pembukaan Latma Garuda Sheild di Puslatpur Martapura, Batu Raja, Sumsel/TNI AD
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI bersama Commanding General US Army Pasific (USARPAC), General Charles A. Flynn saat pembukaan Latma Garuda Sheild di Puslatpur Martapura, Batu Raja, Sumsel/TNI AD

Latihan militer gabungan Indonesia dan AS, Garuda Shield yang tengah berlangsung di Puslatpur Baturaja memiliki bagian penting dari kerjasama bilateral antara kedua negara. Latihan ini sudah berlangsung sejak 2007 dan tahun ini merupakan yang ke-15.


Peneliti Senior Marapi Consulting & Advisory, Beni Sukadis mengatakan Indonesia dan AS saat ini memiliki perjanjian Kemitraan Strategis yang ditandatangani pada 2015. Sebelumnya, pada 2010, kedua negara menginisiasi Kemitraan Komprehensif yang meningkatkan kerjasama di berbagai bidang, termasuk militer.

“Ini menunjukkan kedekatan, dalam hal intensi, substansi, kuantitas, Indonesia dan Amerika dalam tingkat yang cukup tinggi,” ujar Beni dalam diskusi virtual RMOL World View pada Senin (9/8).

Jika melihat makna tersirat dalam Garuda Shield XV yang digelar dari 1 hingga 14 Agustus ini, Beni menyebut terhadap empat poin yang berlandaskan teori.

“Pertama, dalam tingkat strategis, ada upaya dari kedua negara untuk meningkatkan kepercayaan atau trust building, baik itu dalam bentuk dialog strategis antara panglima, kunjungan, maupun latihan,” jelas Beni.

Ia menyebut, sejak sekitar 2013/2014 hingga saat ini, Indonesia dan AS telah melaksanakan 150 hingga 200 kegiatan kerjasama bilateral. Dengan frekuensi ini, kedekatan kedua negara sangat intens.

Kedua, lanjutnya, Garuda Shield merupakan upaya untuk menyasar confidence building measure, bahwa Indonesia memiliki kredibilitas untuk bekerjasama dengan negara-negara lain. Selain itu, latihan tempur ini juga menjadi ajang berbagi informasi antara TNI AD dan US Army.

“Keempat, yang penting, adalah menunjukkan deterrence atau daya tangkal, membentuk opini publik. Deterrence ini ditunjukkan pada negara asing,” pungkasnya.