Ekspor CPO Sumsel Capai 34 Juta Ton Pertahun

Ilustrasi TBS Kelapa Sawit. (Istimewa/net)
Ilustrasi TBS Kelapa Sawit. (Istimewa/net)

Pemerintah resmi memutuskan untuk menghapus sementara tarif pungutan ekspor terhadap produk kelapa sawit CPO dan turunannya. Hal ini disambut baik oleh 224.549 petani sawit di Sumsel.


Tercatat, setiap tahunnya total ekspor produk Crude Palm Oil (CPO) dan turunannya mencapai 34 juta ton per tahun dari total produksi yang mencapai 49,71 ton per tahunnya.

Analis PSP Madya Dinas Perkebunan Sumsel, Rudi Arpian mengatakan penghapusan sementara tarif pungutan ekspor CPO dan turunannya ini tentunya bakal berdampak mendongkrak harga Tandan Buah Segar (TBS) di tingkat petani plasma, maupun petani swadaya.

"Momentum ini diharapkan dapat dimanfaatkan PKS untuk segera mengosongkan tangki tangki CPO nya," kata saat memberikan keterangan, Senin (18/7).

Menurutnya, penyerapan TBS petani oleh pabrik kelapa sawit tergantung dari lancarnya ekspor. Jika stok tangki pabrik kelapa sawit masih penuh tentunya menghambat kenaikan harga TBS. Di tahun 2021, volume ekspor CPO dan turunannya mencapai 34 juta ton per tahun atau 2,5 juta hingga 3 juta ton per bulannya, dari total produksi yang mencapai 49,71 juta ton.

Sedangkan, di Bulan Juni 2022, stok nasional masih mencapai 6,3 juta ton CPO. Belum lagi, puncak produksi sawit di Juli hingga Desember 2022, yang diperkirakan sekitar 4,49 juta ton yang terdiri dari CPO serta CPKO per bulannya.

"Dengan penghapusan ini maka ada waktu 1,5 bulan sebagai window of opportunity untuk melakukan ekspor," terangnya.

Dengan kondisi ini, maka tidak ada alasan lagi bagi pabrik untuk menunda ekspor. Karena SOP dan aturannya sudah jelas. Ini juga diperlukan komitmen bersama agar pembelian TBS petani berjalan lancar. "Paling tidak stook CPO nasional ini diangka 3 sampai 4 juta ton per bulan, agar tidak terjadi penumpukan stok CPO yang menghambat kenaikan harga TBS petani," pungkasnya.