Eksistensi Transportasi Massal di Era Teknologi Aplikasi

Feeder LRT Palembang bertambah menjadi tujuh koridor di Palembang/Foto:RMOL
Feeder LRT Palembang bertambah menjadi tujuh koridor di Palembang/Foto:RMOL

Kendaraan angkutan umum pernah melegenda di tanah air. Angkutan kereta api, bus kota, mini bus hingga oplet pernah merajai jalanan di semua ruas jalan kota besar di tanah air.


Termasuk kota Palembang, pada masanya di era 90an anggkutan umum seperti bus kota dan angkot menjadi primadona masyarakat di kota penghasil kuliner pempek ini. Mulai dari pergi ke pasar, ke sekolah, ke tempat kerja, bertandang ke sanak saudara hingga mudik lebaran angkutan umum menjadi pilihannya. 

Maka tidak heran jika terminal-terminal bus dan angkot termasuk wilayah yang padat lalu lintasnya. Era penggunaan transportasi umum mulai bergeser ketika kepemilikan kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua bertambah luar biasa setiap tahunnya. 

Demikian juga dengan jaringan jalan yang kian mulus serta bahar bakar minyak (BBM) yang terjangkau harganya karena kesejahteraan masyarakat yang terus meningkat pasca reformasi, baik di perkotaan maupun di pedesaan.

Peningkatan Kendaraan Pribadi dan Kemunculan Transportasi Berbasis Aplikasi 

Meningkatnya penggunaan kendaraan pribadi di era sekarang. Pertambahan jumlah kendaraan pribadi yang melampaui batas telah menimbulkan banyak persoalan, khususnya di perkotaan.

Kemacetan mulai muncul dimana-mana, terbatasnya lahan parkir kendaraan juga menimbulkan masalah tersendiri, polusi udara yang mencemari lingkungan kian mengkhawatirkan, demikian juga dengan tingkat kematian yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas juga meningkat pesat.

Termasuk Palembang, di kota besar Indonesia kemacetan lalu lintas sudah menjadi pemandangan umum setiap waktu. Masyarakat lebih suka menggunakan kendaraan pribadi baik mobil maupun sepeda motor untuk bekerja dan beraktivitas sehari-hari. Budaya bepergian menggunakan angkutan umum mulai luntur dengan pertambahan jumlah kendaraan pribadi yang melampaui batas.

Seiring perkembangan zaman, kemajuan teknologi di bidang trasportasi mulai bermunculan. Sampai sejauh ini, segala sesuatu yang ingin kita akses tempat tertentu dapat ditempuh dengan waktu yang sangat cepat serta kendaraan yang memadai.

Setiap orang pasti membutuhkan transportasi untuk mengakses tempat tertentu, maka dari itu muncul beberapa pengembangan teknologi dalam transportasi, seperti diketahui munculnya tranportasi berbasis aplikasi online mulai dari Uber, Grab, GoJek dan lainnya. 

Oleh karena itu berbagai permasalahan kemacetan timbul, dan pemerintah juga sudah mengupayakan agar tidak menjadi kemacetan yang berkepanjangan. Pemerintah telah menyediakan angkutan umum baik bus ataupun angkutan yang lain, serta pemerintah juga sudah menyetujui unduk beradarnya transportasi berbasis bisnis online yang harapannya agar masyarakat mengurangi tingkat kepadatan kendaraan di jalanan sehingga terhindar dari kemacetan.

Tiga Angkutan Umum Terintegrasi

Meski di Palembang saat ini tidak lagi dijumpai bus kota dan angkot yang menjamur seperti di era 90an yang silam. Namun, kota Palembang memiliki tiga anggkutan umum yang sudah saling terintegrasi. Light Rail Transit (LRT), Bus Rapid Transit (BRT), dan Angkutan Kota Feeder(Angkot).

Dengan adanya integrasi tersebut, pemerintah berharap kepada masyarakat untuk kembali menggunakan angkutan. Praktis dengan integrasi tersebut maka akan makin memudahkan aksesibilitas dan meningkatkan kenyamanan masyarakat menggunakan angkutan umum perkotaan di Palembang dan sekitarnya.

Bahkan pemerintah melalui Kementrian Perhubungan (kemenhub) juga tengah menggalakan minat masyarakat menggunakan trasportasi massal melalui gerakang nasional kembali ke angkutan umum.

"Kenapa kita lakukan di Palembang? Karena Palembang termasuk salah satu kota yang memiliki angkutan massal yang lengkap, khususnya untuk angkutan jalan dan kereta api,” demikian disampaikan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam Webinar Gerakan Nasional Kembali Ke Angkutan Umum, yang diselenggarakan Ditjen Perkeretaapian Kemenhub di Palembang, Sumatera Selatan, pada akhir Desember lalu.

Lebih lanjut dengan ditambahnya lima koridor feeder baru berdampak peningkatan okupansi penggunaan LRT sampai empat kali lipat dalam sehari. Lima koridor feeder baru itu dengan Trayek Stasiun Polresta - Komp OPI, Stasiun RSUD - Sukawinatan, Stasiun Asrama Haji - Talang Betutu, Stasiun DJKA - Terminal Pasar Plaju dan Stadion Kamboja - Bukit Siguntang Palembang.

Sebelumnya, ada dua koridor yang dibuka oleh Kemenhub agar layanan penggunaan LRT dapat terintegrasi dengan angkutan umum lainnya.

Pengamat transportasi Universitas Sriwijaya (Unsri), Prof Erika Buchari menuturkan dari hasil riset pada Juli-Agustus 2022 lalu. Peningkatan signifikan penumpang LRT Palembang melonjak hingga 62,5 persen. Jumlah itu jauh lebih banyak dari tahun 2018 sebelum terjadinya pandemi Covid-19 yang hanya 6,25 persen.

"Penigkatan itu terjadi dari riset tahun lalu atau sebelum adanya tambahan lima koridor feeder. Jika  separuh masyarakat Palembang menggunakan angkutan umum feeder, LRT Palembang bisa menyumbangkan pendapatan yang fantastis. Dari hal kecil ini saja, ternyata bisa memberikan multiplier effect," jelasnya beberapa waktu lalu.

Erika yang juga Ketua MTI (Masyarakat Transportasi Indonesia) Sumsel ini mengatakan kebijakan pemerintah dalam menggratiskan layanan feeder beberapa waktu lalu dinilai langka yang sangat tepat dalam mensosialisasikan kepada masyarakat untuk menggunakan angkutan umum.

Sebelumnya dalam laucnhing lima kridor baru feeder, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menggratiskan angkutan umum feeder mulai 1 Januari 2023 hingga batas waktu yang ditentukan. 

"Kebijakan itu merupakan sosialisasi yang sangat tepat dan sesuai dengan harapan pemerintah agar masyarat memanfaatkan transportasi umum," pungkasnya.