Dua Pekan Jelang Pencoblosan, Begini Beda Elektabilitas 3 Cagub-Cawagub Sumsel Versi LSI

Direktur Eksekutif, LSI Djayadi Hanan/Foto: Dudi Oskandar
Direktur Eksekutif, LSI Djayadi Hanan/Foto: Dudi Oskandar

Dua pekan menjelang hari pencoblosan Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sumatera Selatan (Sumsel) 2024, Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil survei elektabilitas ketiga calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumsel.


Dari surveri terbaru, eletaktabilitas pasangan Herman Deru-Cik Ujang (HDCU) masih memimpin jauh di atas dua pasangan lainnya. Hal ini terungkap dari survei terbaru, yang dilakukan pada 16 Oktober hingga 3 November 2024 dengan melibatkan 1.200 responden di 17 kabupaten/kota di Sumsel.

Dengan metode multistage random sampling dan tingkat kepercayaan 97 persen, hasil survei menempatkan pasangan HDCU unggul jauh dibandingkan pasangan Mawardi Yahya-RA Anita Noeringhati (MATAHATI) yang memperoleh 17 persen, serta Eddy Santana Putra-Riezky Aprilia (E-RA) dengan 14 persen.

Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan, mengungkapkan ada beberapa faktor utama yang menjadi penentu dominasi pasangan HDCU. 

Salah satunya adalah popularitas Herman Deru yang hampir menyentuh angka sempurna, yakni 98,1 persen. Popularitas ini jauh lebih tinggi dibanding Mawardi Yahya, yang baru mencapai 58 persen.

“Hal ini menunjukkan kedekatan emosional dan kepercayaan masyarakat terhadap pasangan HDCU sangat kuat,” ujar Djayadi dalam paparannya, Senin (11/11).

Selain popularitas, tingkat penerimaan atau akseptabilitas pasangan HDCU juga sangat tinggi. Djayadi menjelaskan, Herman Deru memiliki tingkat akseptabilitas sebesar 82 persen, sementara Cik Ujang mencapai 80 persen. Angka ini melampaui para pesaingnya yang berkisar di angka 66-70 persen.

Faktor lain yang mendongkrak elektabilitas HDCU adalah tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Herman Deru selama menjabat sebagai gubernur. Berdasarkan survei, 78,2 persen warga Sumsel menyatakan puas terhadap kepemimpinan Herman Deru.

Keberhasilan tim kampanye HDCU dalam menjangkau pemilih juga menjadi faktor penentu. Sosialisasi melalui berbagai saluran komunikasi, mulai dari kampanye tatap muka hingga media sosial, dinilai efektif menjangkau daerah-daerah yang sulit diakses.

“Kampanye yang terorganisir dengan baik memungkinkan pasangan HDCU untuk unggul, terutama di daerah-daerah terpencil,” jelas Djayadi.

Meskipun debat telah digelar sebanyak dua kali, Djayadi menilai pengaruhnya terhadap elektabilitas cenderung minim. Menurutnya, debat lebih banyak ditonton oleh pendukung masing-masing pasangan dan jarang mengubah peta elektoral.

"Jika pun ada perubahan, biasanya hanya sebesar 2-5 persen. Dengan selisih elektabilitas HDCU yang mencapai 40 persen, rasanya sulit bagi pasangan lain untuk mengejar dalam waktu dua minggu," katanya.

Meski hasil survei menunjukkan dominasi HDCU, pasangan E-RA tetap optimis. Ketua Harian Tim Pemenangan ERA, MA Gantada, menyebut pihaknya terus bekerja keras memanfaatkan sisa waktu kampanye.

"Kami punya strategi khusus untuk meningkatkan elektabilitas dan terus bergerak hingga hari terakhir. Dengan doa dan usaha, kami yakin bisa mencapai hasil maksimal," ujar Gantada.