Didominasi Lahan Gambut, BPBD Waspadai Karhutla di Enam Wilayah Sumsel

ilustrasi/net
ilustrasi/net

Memasuki musim kemarau yang diprakirakan terjadi pada Mei mendatang, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel telah melakukan beberapa persiapan khususnya, wilayah yang menjadi kawasan rawan sebaran titik api saat terjadi Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla).


Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Bencana BPBD Sumsel, Ansori menyampaikan dari 17 kabupaten/kota yang ada di Sumsel sebanyak 12 daerah menjadi kawasan titik api yang cukup besar.

"Namun, enam diantaranya perlu dilakukan antisipasi dan penanggulangan lebih masif, hal ini karena di wilayah itu didominasi dengan lahan gambut yang apabila terjadi karhutla akan lebih sulit dipadamkan dan memakan waktu yang panjang," katanya kepada Kantor Bberita RMOLSumsel, Sabtu (2/4).

Adapun keenam kabupaten yang disampaikan Ansori yakni, Musi Banyuasin, Ogan Komering Ilir (OKI), Sebagian Ogan Ilir (OI), Banyuasin, Pali dan juga Muara Enim.

"Di Sumsel sendiri hampir semua wilayah rawan karhutla, apalagi kalau kondisi lahannya sudah kering tapi yang menjadi masalah adalah ketika lahan gambut yang terbakar sehungga penanganannya lebih ekstra dibandingkan lahan mineral seperti di Lahat dan Pagaralam yang sifatnya tidak masif, setelah terbakar dan dilakukan pemadaman api langsung mati," sambungnya.

Dalam rangka melakukan persiapan tersebut, Ansori menyebutkan personel yang akan diterjunkan jumlahnya sudah permanen yakni berkisar lebih dari seribu orang yang tersebar di beberapa OPD termasuk perusahaan swasta baik perkebunan maupun perusahaan hutan-hutan aman industri.

"Artinya untuk pengamanan dan mobilisasi tergantung dengan kondisi dan ekskalasi tapi untuk personel ada seribu lebih. Dan nanti akan disesuaikan lagi dengan kondisi di lapangan," bebernya.

Sementara itu, disampaikan Ansori upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan di Sumsel pada tahun 2022 ini telah dilakukan aksi dini dengan melakukan apel kesiagapan personel peralatan, koordinasi operasi, pengendalian operasi pemadaman darat dan udara, operasi pemadaman darat gabungan, operasi penegakan hukum.

"Selanjutnya kami juga melakukan sosialisasi, penyebarluasan maklumat larangan membakar, aktivasi posko, patroli terpadu, teknologi modifikasi cuaca, pembuatan kanal blocking, dan audit kepatuhan perusahaan dalam kesiapsiagaan pencegahan dan pengendalian karhutla," pungkasnya.

Berapa persen kondisi alam dapat mempengaruhi bencana karhutla sebetulnya fifty-fifty, ketika cuacanya ekstrem dan hujannya tidak lam maka kondisi alamnya masih bagus dan tidak terdegradasi artinya air bisa tertahan lama di lahan-lahan tersebut. Permasalahannya ketika lahannya rusak air hutan tidak dapat ditampung terlalu lama akhirnya airnya cdepat habis dan menyebabkan kekeringan, boleh dikatakan bahwa kondisi alam dan iklim sama besarnya memiliki pengaruh. 

Bagus kalau kondisi kemaraunya basah. Sesuai dengan penelitian para ahli memang karhutla di Indonesia khususnya di Sumsel sering terjadi akibat ulah manusia baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja, misal yang sengaja dengan membuka lahan dan ketidaksengajaan dengan membuang putung rokok, membakar sampah dan aktivitas masyarakat di daerah rawan tersebut, memancing dan berburu.