Cerita Pengusaha Tahu Rajagaluh di Tengah Kelangkaan Minyak Goreng dan Tingginya Harga Kedelai

Produksi tahu Sumedang di Muara Enim. (Noviansyah/rmolsumsel.id)
Produksi tahu Sumedang di Muara Enim. (Noviansyah/rmolsumsel.id)

Sudah jatuh tertimpa tangga pula, begitulah pribahasa yang tepat mewakili perasaan para pengusaha tahu Sumedang di Muara Enim. Langkanya Minyak goreng dan tingginya harga kacang kedelai di pasaran mengakibatkan pengusaha kelabakan.


Hal ini dirasakan oleh salah satu pabrik tahu Sumedang bernama Tahu Rajagaluh yang berlokasi di pinggir Jalan Lintas Tengah Sumatera Desa Karang Raja, Selasa (1/3).

Pemilik Pabrik Tahu, Sutrisno mengatakan saat ini tetap memproduksi Tahu saja sudah untung, menurut pengakuannya semenjak harga minyak goreng naik dan langka di pasaran perlahan produksi Tahu dipabriknya menurun, dari semula setiap hari bisa produksi 250 kilogram Kedelai saat ini hanya produksi sekitar 100 sampai 150 kilogram paling banyak. Ditambah lagi, harga kedelai saat ini berkisar Rp11.400 per kilogramnya yang sebelumnya hanya Rp9 ribu hingga Rp10.500.

"Tentu semuanya berdampak, apalagi kedua kebutuhan dasar pembuatan Tahu ini sedang langka dan harganya juga naik," katanya.

Sutrisno yang sudah tujuh tahun menjadi pengusaha tahu ini menjelaskan, dari awal harga minyak tidak menentu dan mulai langka, sejak saat itulah produksi menurun, dirinya merasa perlu untuk mengurangi karyawan karena pemasukan menurun juga, dari semula 6 karyawan, saat ini hanya 3 orang saja yang aktif di pabrik. Bagaimana tidak rugi, pihaknya harus menurunkan angka produksi sekaligus mengurangi karyawan karena ongkos produksi yang tinggi dan bahan baku yang tidak menentu. selain itu juga dirinya harus mengurangi keuntungan.

"Kami terpaksa harus mengurangi keuntungan, karena para pelanggan kami tidak mau harga berubah, mereka tetap ingin menggunakan harga lama, untuk saat ini tetap produksi saja sudah sukur. harapannya harga dan keberadaan bahan baku pembuatan tahu ini kembali stabil, apa lagi ini sudah mau mendekati bulan Ramadan" harapnya.

Salah seorang karyawan, Aos mengatakan, keadaan ini mempersulit ekonomi mereka apalagi yang berstatus karyawan dari perantauan seperti dirinya yang datang dari daerah Jawa Barat, jangankan untuk mengirim ke rumah untuk biaya sehari-hari saja di sini sangat sulit. Lanjut Aos, produksi tahu beberapa hari terakhir sangat menurun hampir 50 persen, saat ini mereka hanya memproduksi bahan Kedelai 1,5 Kwintal setiap harinya, itupun didapat dengan harga yang tidak biasa.

"Beberapa karyawan memilih menyerah, karena memang keadaannya begini, saya juga mau pulang tapi untuk saat ini belum ada ongkos. minyak juga yang katanya di pulau jawa sudah normal, di sini malah semakin sulit dapat minyak goreng," pungkasnya.