Benarkah FIFA Bakal Sanksi Indonesia Imbas dari Tragedi Kanjuruhan, Berikut Penjelasannya

Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan pasca pertandingan Arema FC vs Persebaya/net
Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan pasca pertandingan Arema FC vs Persebaya/net

Kompetisi Liga 1 Indonesia kini menjadi sorotan mata dunia. Menyusul tragedi yang terjadi pasca pertandingan Arema vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10).


Tragedi yang memilukan itu merenggut korban jiwa 125 meninggal dunia (data resmi). Kejadian ini menjadi preseden buruk dalam sejarah sepakbola dunia, karena jatuhnya korban jiwa dalam jumlah besar. 

Dari tragedi di Kanjuruhan tentunya mendapatkan atensi dari induk organisasi sepakbola dunia alias FIFA. Ancaman sanksi pun kini mengintai ke federasi sepakbola Indonesia, PSSI. 

Jika sanksi itu benar terjadi, sudah pasti kerugian besar akan berdampak pada persepakbolaan Indonesia. Terutama timnas Indonesia yang bakal dikucilkan dari agenda FIFA di turnamen internasional. Diantaranya Piala Asia 2023 dan pencabutan status host sebagai tuan rumah Piala Dunia U20 tahun 2023.

Menurut pemerhati sepakbola di Sumatera Selatan, Faisal Mursyid mengatakan penjatuhan sanksi terhadap insiden tersebut dalam prosedurnya kini sedang berproses. Dikatakannya ada tahapan prosedural yang harus dilakukan termasuk pengkajian dan investigasi terkait SOP dalam pertandingan.

Bahkan FIFA dalam hal ini sudah mengirimkan perwakilannya untuk menyelidiki kejadian tersebut. 

"Tentunya dalam pemutusan sanksi itu ada proses yang dilakukan, nah saat ini sedang berjalan dimana nanti federasi akan melakukan investigasi terkait insiden di Kanjuruhan. Karena dalam suatu pertandingan itu ada SOP nya termasuk urusan keamanan sampai penonton itu kan ada aturannya, nah inilah yang akan diselidiki federasi," kata Faisal dihubungi RMOL Sumsel, Minggu (2/10). 

"Setelah selesai investigasi, PSSI sebagai anggota FIFA akan melaporkan kejadian itu. Barulah FIFA yang akan memutuskan sanksi tersebut," tambahnya.

Ketika ditanya apakah tragedi Kanjuruhan berdampak terhadap timnas Indonesia. Faisal menjelaskan jika insiden tersebut terjadi dalam lanjutan kompetisi sepakbola Indonesia dan kalau pun sanksi itu turun akan berdampak kepada klub ataupun liga bukan timnas Indonesia.

Hal itu mengacu pada tragedi final Liga Champions antara Liverpool vs Juventus pada 29 Mei 1985 di Stadion Heysel, Belgia. Dalam insiden yang disebut tragedi Heysel Belgia itu menewaskan 56 korban jiwa akibat runtuhnya tribun penonton.

"Pada kejadian itu sanksi FIFA turun bukan kepada federasi tapi pada klub. Dimana seluruh tim Inggris dilarang ikut kompetisi di seluruh eropa (Liga Champions) selama lima tahun kecuali Liverpool 6 tahun. Tapi tidak untuk timnas mereka atau federasinya. Karena kejadian itu di level klub kompetisi otomatis sanksinya juga kepada klub dan operator kompetisinya," jelasnya. 

Terkait sanksi terhadap federasi, dia mengatakan hal itu bisa terjadi apabila terjadi dualisme di tubuh PSSI atau intervensi pemerintah terkait organisasi PSSI. 

"Federasi kita memang pernah di sanksi dan itu sangat merugikan sekali. Tapi kalau kita cermati sanksi FIFA yang diberikan saat itu karena adanya dualisme di PSSI. Tentunya harapan kita semua tidak ingin sanksi terkena sanksi FIFA. Kita juga tidak ingin kejadian terulang dan menjadi yang terakhir di negeri ini," pungkasnya. 

Sebelumnya, dalam sesi jumpa pers yang digelar PSSI, sekretaris jenderal Yunus Nusi membeberkan, bahwa pihaknya terus berkomunikasi dengan FIFA dan AFC. Menurut Yunus, induk sepakbola dunia itu tak akan mengambil sikap buru-buru.

"Kami selalu sampai dengan hari ini membangun komunikasi dengan FIFA, tentu kami berharap bahwa ini tidak menjadi rujukan bagi FIFA untuk mengambil keputusan yang tidak baik untuk Indonesia dan PSSI," ucap Yunus, 2 Oktober.

"Ini bukan perkelahian antara suporter, bukan permusuhan yang saling bertikai, dan ini korban lebih kepada karena terutupnya sebuah pintu [di area tribune stadion]. Hingga ada berdesak-desakan, terinjak. Sekali lagi, tragedi di Kanjuruhan bukan perkelahian antarsuporter, bukan permusuhan, tapi karena berdesak-desakan,"tukasnya.

PSSI sadar betul bahwa insiden ini menjadi perhatian dunia, dan media asing pun terus memberitakan tragedi yang benar-benar mencoreng nama sepakbola Indonesia di mata dunia.

"Media asing telah menghubungi saya, dari AFC mau pun media lainnya. Bahwa kejadian ini adalah kejadian luar biasa. Tentu ini menjadi atensi semua pihak, termasuk PSSI. Tentu kami akan berkomunikasi terus dengan FIFA supaya tidak terkena sanksi, Kami juga tahu AFC tidak akan mengambil keputusan secara terburu-buru," tegas Yunus.