Batubara dan Kelapa Sawit Dorong Nilai Tambah Ekonomi Sumsel 2022

ilustrasi/net
ilustrasi/net

Peningkatan harga beberapa komoditas diantaranya Cabai Merah, Daging Ayam Ras dan beberapa lainnya, menyebabkan perkembangan inflasi di Maret 2022. Meski demikian inflasi ini tetap terjaga di 0,69 persen month to month (mtm).


"Secara keseluruhan tahun, inflasi Sumatera Selatan tercatat sebesar 2,96 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 2,64 persen (yoy). Perkembangan ini masih sesuai dengan rentang target inflasi di tahun 2022 yaitu 3,0±1 persen (yoy)," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumsel, Erwin Soeriadimadja, Selasa (12/4).

Disampaikan Erwin dengan terkendalinya aktivitas ekonomi saat ini diperkirakan pada tahun 2022 Sumsel akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan pada kisaran 3,56 persen -5,16 persen (yoy).

"Peningkatan ini tentu menjadi dampak dari mulai meredanya kasus Covid-19 khususnya di wilayah Sumsel sendiri," ucapnya.

Sementara itu, guna mengakselerasi pemulihan perekonomian Sumsel, BI telah merangkum langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam mendorong aktivitas ekonomi di Sumsel diantaranya melanjutkan perluasan vaksinasi COVID-19 sehingga mobilitas tetap terjaga ditengah pandemi COVID-19. 

"Kedua, hilirisasi industri komoditas unggulan Sumatera Selatan, termasuk batubara dan kelapa sawit perlu terus didorong untuk menciptakan nilai tambah ekonomi. Terkait upaya hilirisasi tersebut, proyek gasifikasi batubara menjadi dimethyl ether (DME) yang telah mencapai tahap ground breaking dapat mendorong perekonomian Sumsel," lanjutnya.

Selain itu, penguatan koordinasi antar instansi baik pusat dan daerah, alignment industri, serta insentif diharapkan mampu mengakselerasi tumbuhnya hilirisasi. 

"Dan langkah ketiga yaitu dengan memperkuat sumber-sumber ekonomi baru seperti UMKM, ekonomi kreatif (kriya dan kuliner), termasuk ekonomi syariah perlu terus diakselerasi. Terakhir, dengan mendorong laju digitalisasi dalam pertumbuhan ekonomi keuangan digital, baik melalui digitalisasi di sektor pertanian (digital farming), UMKM (e-commerce), sektor pembayaran ritel," ungkapnya.

Hal ini, lanjutnya dapat dikembangkan melalui perluasan akseptasi Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) yang merupakan cara bayar dengan metode QR Code yang sudah distandardisasi oleh Bank Indonesia dan percepatan digitalisasi daerah melalui sinergitas Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) di tingkat Provinsi dan Kab/Kota.

Kedepan, diketahui Bank Indonesia (BI) akan terus mengoptimalkan kebijakan moneter, relaksasi kebijakan makroprudensial, digitalisasi sistem pembayaran, pengembangan UMKM, dan pengembangan ekonomi syariah sejalan dengan kebijakan Nasional untuk menuju Indonesia Maju.

"Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Maret 2022, BI juga telah menetapkan BI 7-Day RR Rate tetap 3,5 persen, standing facility 2,75 persen dibatas bawah dan 4,25 persen dibatas atas. Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan terkendalinya inflasi, serta upaya untuk tetap mendorong pertumbuhan ekonomi," pungkasnya.