AS Sita Kapal Pesiar 300 Juta Dolar Milik Oligarki Rusia di Fiji

ilustrasi/net
ilustrasi/net

Otoritas Fiji telah menyita sebuah superyacht senilai 300 juta dolar AS milik seorang oligarki Rusia, Suleiman Kerimov. Penyitaan sendiri dilakukan atas nama Amerika Serikat (AS).


Superyacht bernama Amadea itu dilaporkan telah tiba di Fiji pada 13 April, setelah berlayar selama 18 hari dari Meksiko.

Sejak awal, AS telah menargetkan Amadea sebagai bagian dari sanksinya terhadap Rusia yang melakukan invasi ke Ukraina. Terlebih Kerimov juga sudah mendapat sanksi AS sejak 2018.

Sehingga kemudian, Reuters memuat, polisi Fiji dan agen FBI menyita Amadea di sebuah dermaga pada Kamis (5/5), dua hari setelah pengadilan Fiji mengeluarkan surat perintah atas permintaan AS.

Penyitaan sendiri dilakukan dengan alasan Kerimov sudah melakukan kejahatan pencucian uang.

Pada Jumat (6/5), Pengadilan Tinggi Fiji akan memutuskan apakah Amadea akan dipindahkan dari Fiji setelah pengacara melakukan banding atas penyitaan.

Sementara itu, FBI berdalih, otoritas Fiji telah memiliki bukti pelanggaran hukum oleh Kerimov setelah melakukan penggeledahan di kapal pesiar itu.

"Ada kemungkinan alasan untuk percaya bahwa Kerimov dan mereka yang bertindak atas namanya dan untuk keuntungannya menyebabkan transaksi dolar AS untuk pengoperasian dan pemeliharaan Amadea dikirim melalui lembaga keuangan AS, setelah beberapa waktu Kerimov ditunjuk oleh Departemen Keuangan," kata FBI.

FBI mengatakan, kapal tersebut memiliki biaya operasional sebesar 25 juta dolar AS hingga 30 juta dolar AS.

FBI juga mengatakan Amadea telah mencoba untuk menghindari penangkapan setelah pasukan Rusia memasuki Ukraina.

"Amadea mematikan sistem informasi otomatis (AIS) pada 24 Februari 2022, segera setelah dimulainya invasi Rusia ke Ukraina," ucap FBI.

Dokumen kapal menunjukkan tujuan berikutnya dari Amadea adalah Filipina. Tetapi FBI yakin kapal itu menuju ke pelabuhan Vladivostok di Pasifik Rusia.

Banyak oligarki Rusia telah berusaha untuk memindahkan yacht mereka ke Rusia untuk menghindari sanksi AS sejak Maret.