4.000 Warga Indonesia Jadi Pekerja Profesional di Qatar

Duta Besar Republik Indonesia untuk Negara Qatar, Ridwan Hassan
Duta Besar Republik Indonesia untuk Negara Qatar, Ridwan Hassan

Duta Besar Republik Indonesia untuk Negara Qatar, Ridwan Hassan menyebutkan 4.000 warga Indonesia menjadi pekerja profesional di negara terkaya di dunia ini.


Dia mengatakan hampir 85 persen penduduk Qatar merupakan warga negara asing yang bekerja di sejumlah industri utama gas hingga sektor penunjang lainnya. Untuk warga Negara Indonesia yakni sebanyak 17 ribu orang. Dimana, 4.000 diantaranya bekerja sebagai profesional

"Mereka ada yang sudah berdomisili selama 20 tahun disana," katanya saat memberikan kuliah umum dalam Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PK2MB) Universitas Indo Global Mandiri (IGM) melalui Zoom Meeting, Rabu, (6/10).

Bukan hanya Indonesia, pekerja profesional ini juga didominasi dari berbagai negara seperti India Pakistan, dan Bangklades yang nantinya akan menjadi pesaing dalam dunia kerja. Karena itu, dibutuhkan mental dan fisik yang siap serta miliki kompetensi di bidangnya yang didukung oleh kompetensi penunjang seperti bahasa asing yang utama sehingga mampu memberikan prestasi yang baik.

Menurutnya, lulusan UIGM harus memiliki kecerdasan intelektual (kecakapan), kecerdasan sosial, memiliki jejaring yang kuat (networking), penguasaan bahasa asing dan didukung oleh IT serta kemampuan adaptasi yang tinggi. 

"Saya menyebutnya dengan S.O.L yakni Belajar (study), Organisasi serta rasa kecintaan terhadap melakukan sesuatu (Love) bisa saja dengan bermain atau memperdalam hobi. Jika ketiga ini dilakukan, kita bisa menjadi mahasiswa terbaik dan mendapatkan pekerjaan yang diidamkan," terangnya.

Untuk di Qatar sendiri, sejumlah tantangan juga dapat memicu kebosanan dan homesickness karena cuacanya yang cukup ekstrem serta luasan negaranya pun kecil. Tak hanya itu, biaya hidup di Qatar juga tergolong tinggi serta kenaikan pangkat atau pun jenjang karir cukup relatif lama karena adanya kebijakan Qatarisasi setempat.

Meski demikian, jika mahasiswa memang mampu tentunya tidak sulit untuk menggapai dan menjalani hal tersebut. Terutama bagi mahasiswa UIGM. "Saya yakin mahasiswa baru UIGM ini mampu, karena itu saya tidak menolak untuk memberikan kuliah umum ini," pungkasnya.