Sebanyak 29 ekor Sapi di wilayah Kabupaten Muara Enim terdeteksi terkena penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) atau penyakit cacar.
Meski sapi-sapi tersebut terinfeksi namun diketahui virus LSD pada sapi ini tidak berbahaya dan menular kepada manusia.
"LSD ini tidak separah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Kalau LSD tidak sampai membuat Sapi mati, lain halnya PMK bisa membuat Sapi mati," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan (DTPHP) Ulil Amri, Senin (6/2).
Menurut Ulil, dari pendataan sementara di lapangan ada 29 ekor Sapi yang terinfeksi LSD. Adapun 29 ekor Sapi itu tersebar di empat kecamatan yakni Rambang Niru 4 ekor, Empat Petulai Dangku 6 ekor, Muara Enim 10 ekor dan
Gelumbang 9 ekor. Saat ini, petugasnya sudah turun ke lapangan melakukan penyuntikan pemberian antibiotik dan vitamin.
"Baru sekitar dua Minggu penularannya yang diperkirakan dari aktivitas jual beli. Pertama kali ditemukan di kecamatan Empat Petulai Dangku, Rambang Dangku, Muara Enim dan terakhir di Gelumbang," ujarnya.
Dikatakan Ulil, Lumpy Skin Disease (LSD) merupakan penyakit infeksius yang disebabkan oleh capripox virus yang termasuk famili poxviridae yang juga dikenal dengan nama Neethling Virus.
Sampai saat ini penyakit LSD ini hanya menyerang ternak sapi dan kerbau yang sering dihubungkan dengan wabah penyakit cacar pada ternak domba (Sheep pox). Seperti PMK, penyakit LSD ini tidak menular dan dapat disembuhkan.
Untuk gejala klinis utama yang ditimbulkan adalah adanya nodul atau benjolan pada kulit yang kerap ditemukan di daerah leher, kepala, kaki, ekor dan ambing.
Bahkan pada kasus berat lesi ini dapat ditemukan di seluruh tubuh hewan sehingga hewan mengalami demam. Seperti halnya penyakit lain yang disebabkan oleh virus, penyebaran LSD dapat terjadi karena kontak langsung hewan yang sakit, atau lewat makanan/minuman yang tercemar penyakit.
Ulil menjelaskan bahwa LSD dapat dicegah dan dikendalikan dengan cara seperti pembatasan impor ternak, karkas, kulit, dan semen. Pembatasan pergerakan ternak ke daerah tertular, pemindahan hewan yang terkena dampak klinis dan vaksinasi. Pembuangan hewan mati (disposal) dengan benar, dan pembersihan serta desinfeksi area (menjaga sanitasi/ kebersihan kandang dan lingkungan kandang).
Penggunaan jarum suntik sekali pakai, untuk mencegah penularan virus LSD kepada ternak yang sehat.
Kemudian dampak LSD, sambung Ulil, tentu akan menyebabkan kerugian ekonomi seperti kekurusan dan kerusakan karkas, penurunan produksi susu dan radang ambing / mastitis, gangguan reproduksi (infertilitas sementara bahkan permanen pada sapi jantan), dan keguguran / abortus, kerusakan kulit akibat nodul / benjolan yang apabila pecah, akan tetap meninggalkan keropeng di permukaan kulit.
"Saya mengimbau kepada peternak atau masyarakat untuk membeli Sapi yang benar-benar kondisi sehat. Dan kalau sakit cepat di isolasi supaya tidak menular," ujarnya.
- Muara Enim Dekati Target 100 Persen Akses Sanitasi Sehat, Dorong Perubahan Perilaku
- Jelang Pilkada Serentak, Polres Muara Enim Pastikan Kesiapan Pengamanan di Kantor Bawaslu
- Kebakaran Hutan Meluas di Muara Enim, Ancam Pemukiman Warga