Hubungan China-Indonesia Meningkat, Dari Teman Kini Jadi Sahabat

Di tengah berbagai persepsi yang berkembang, hubungan Indonesia dan China malah semakin meningkat. Bahkan hubungan bilateral ini telah memasuki usia ke 70 tahun juga meningkat dari hubungan sebatas teman kini meningkat menjadi hubungan negara sahabat.


Meningkatnya hubungan ini ditandai dengan naiknya volume perdagangan kedua negara mencapai 72,6 miliar US dolar. Investasi naik juga pesat 95,6 persen.

Bahkan ekspor Indonesia ke China tahun ini mencapai 23,9 miliar US. Nilai ekspor ini yang paling tertinggi bagi Indonesia.

"Saat ini kita merayakan 70 tahun hubungan bilateral dengan China. Hubungan ini meningkat, Indonesia dan China kini bersahabat. Saya sendiri saat ini sedang berada di Yunan untuk mengisolasi diri setelah menemani Menteri Luar Negeri, Menteri BUMN dan Pak Luhut (Menko Kemaritaman dan Investasi). Saat ini nilai investasi China di kita rangking pertama," ungkap Dubes Indonesia untuk China, Djauhari Oratmangun dalam diskusi virtual yang dipandu Teguh Santosa dengan tema Buka Bukaan Hubungan Indonesia China, Selasa (13/10/2020).

Kedatangan ketiga menteri ini dalam rangka pembahasan diplomasi antara kedua negara yakni diplomasi ekonomi dan kerjasama, diplomasi perlindungan WNI, diplomasi vaksin Covid 19, Schinovax. Dimana untuk pengadaan vaksin ini, Indonesia tengah melakukan berbagai kerjasama yakni dengan China dan AstraZaneca, Inggris.

Untuk vaksin Schinovax, pemerintah Indonesia telah melakukan penandatangan kerjasama melalui Bio Farma yang akan menyiapkan 340 juta dosis.

Pengadaan vaksin schinovax ini nantinya diprioritaskan kepada tenaga medis, dan November nanti akan di publish. Sementara untuk kehalalan vaksin sendiri, Indonesia juga telah menggandeng Majelis Ulama Indonesia. Selain itu juga nantinya ada transfer teknologi untuk pembuatan vaksin di Indonesia.

"Saya cukup senang karena situasi dalam Covid seperti kerjasama kita di China masih menggeliat. Ada peningkatan fantastis, ekonomi bergerak dari pengusaha pengusaha Indonesia," terang Djauhari.

Terkait berbagai masalah masalah yang terjadi antara Indonesia dan China seperti konflik di Laut Natuna, Djauhari menilai hal itu sebagai masalah biasa.

"Potensi konflik ada dengan negara manapun. Bahkan dengan sesama tetangga. Yang penting ada dialog dan keterbukaan.
China cenderung mulai respek dengan aturan aturan internasional. Soal masalah perbatasan ini, kita sama-sama saling mengingatkan," tegas diplomat yang telah bertugas selama 33 tahun ini.

"Kita, Indonesia cocoknya sistem Pancasila. China ya cocok dengan komunis karena mereka telah menganutnya sejak ratuasn tahun lalu. Tidak ada keinginan negara untuk memaksa kehendak ideologi. China fokus pada kerjasama ekonomi. Itu hanya persepsi saja karena kita juga tidak mudah untuk digoyahkan," terangnya.