Perkuat Ketahanan Pangan di Masa Pandemi Covid-19 Melalui Aquaponik Budikdamber

Budidaya sayuran dan ikan dalam ember (Budikdamber) atau Aquaponik, saat ini sedang populer di masyarakat.


Kegiatan ini tengah booming di masa pandemi Covid-19 sebagai upaya untuk mengisi waktu dengan kegiatan positif bagi warga yang beraktivitas di rumah saja. Melalui budikdamber, budidaya ikan dan bercocok tanam bisa dilakukan sekaligus dengan media air. 

Jauh sebelum populer, Tahyudi dan kelompoknya sudah merintis  budikdamber pada akhir tahun 2019 melalui  bantuan dari program tanggung jawab sosial Pertamina. Selain kelompok Lorong Setia, juga ada tiga kelompok lainnya yang mendapatkan bantuan yang sama yakni kelompok di Lorong Mari, Lorong Mulia, dan Lorong Sepakat, Kelurahan Talang Bubuk, Plaju.

Beberapa kali kelompok beranggotakan masing-masing 10 orang itu panen ikan lele dan sayur. 

"Panen kangkung bisa 2 kali dalam 1 bulan, dan tanaman dapat bertahan maksimal selama 3 bulan. Untuk panen ikan lele dilakukan setiap 2-3 bulan sekali dengan 1.000 ekor bibit dapat menghasilkan rata-rata 90-100 kg per sekali panen. Kalau perawatannya bagus, tingkat ketahanan hidup lele bisa mencapai 95 persen," ujar Tahyudi sembari memeriksa kondisi air dalam ember besar yang berada di sekitar lorong tempat tinggalnya, di Lorong Setia,  Kelurahan Talang Bubuk,  Kecamatan Plaju, Minggu (27/9).

Di masa pandemi Covid-19, kegiatan budikdamber memberikan tambahan penghasilan yang luar biasa bagi kelompok budikdamber.

Kegiatan produktif tersebut, mampu menyokong pendapatan warga atau minimal bisa dikonsumsi sendiri sebagai ketahanan pangan. Rata-rata sekali panen mereka bisa mendapatkan keuntungan Rp 500 ribu per kelompok.

Dia bersama beberapa anggota kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Mari Setia, kemudian menebarkan pelet untuk pakan ikan lele yang hidup dalam ember berkapasitas 70 liter. 

Dengan sumringah, Tahyudi menunjukkan pertumbuhan daun kangkung, yang mulai tinggi sekitar 10 centimeter, di wadah gelas bekas air mineral yang mengelilingi bibir ember tempat lele dipelihara.

Ada sekitar 52 ember yang dikelola kelompok Pembudidaya Ikan Mari Setia. Ember ditata di sekitar lorong dan tetap dijaga agar terkena sinar matahari. Tahyudi biasanya memberi pakan 2- 3 kali setiap hari. 

“Kondisi air dalam ember perlu dicek setiap hari, karena ketika air berubah menjadi hijau dan berbau busuk, nafsu makan ikan menurun dengan kondisi ikan menggantung (kepala di atas, ekor dibawah), dan akan mengganggu pertumbuhan lele. Biasanya kalau sudah begitu segera kita ganti air dan menyedot kotoran di dasar ember dengan selang," jelas dia.

Sementara itu, Region Manager Communication, Relations & CSR Sumbagsel Dewi Sri Utami menambahkan, program untuk mendukung kemandirian ekonomi masyarakat, terus digulirkan Pertamina.  Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Pertamina tidak hanya semata menjalankan kegiatan operasional bisnis perusahaan, akan tetapi memiliki tugas untuk bersama-sama mendorong perekonomian masyarakat terutama di wilayah Ring I. 

“Bantuan yang kami berikan tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan dan kesungguhan kelompok yang bersama-sama ingin maju dan mandiri. Dimana dalam setiap pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan yang dijalankan, Pertamina senantiasa merumuskan Roadmap agar program dapat berkelanjutan dan memberikan manfaat optimal bagi masyarakat,” pungkasnya.