Untuk Penelitian Ilmuwan, Perancis Batasi Penjualan Produk Nikotin

Perdana Menteri Prancis, Edouard Philippe menyoroti hasil pemberlakuan karantina wilayah atau lockdown.


Menurutnya cara itu telah menyelamatkan 62.000 jiwa dari wabah virus corona dalam sebulan. Namun, ia mengakui cara itu juga telah membuat terpuruknya ekonomi masyarakat.

Berbicara dalam debat parlemen, ia mengatakan di mana kemungkinan orang harus terus bekerja dari rumah setelah 11 Mei, tanggal yang ditetapkan untuk pelonggaran progresif tindakan penguncian.

Dia juga mengatakan untuk menjelaskan kepada warga Prancis mengenai rencana untuk melonggarkan karantina wilayah secara bertahap. Warga Prancis harus belajar bagaimana hidup dengan virus corona jenis baru itu dan melindungi diri mereka sendiri.

Beberapa usaha akan mulai dibuka secara bertahap pada 11 Mei. Toko-toko hanya melayani pembeli yang menggunakan masker. Beberapa layanan masyarakat juga sudah bisa beroperasi walau dengan tetap menjaga jarak aman.

Mengenai uji coba yang dilakukan para peneliti Prancis, akhirnya pemerintah Prancis menetapkan untuk membatasi penjualan produk-produk nikotin setelah penelitian yang dilakukan Rumah Sakit Pitié-Salpêtrière, yang menyatakan bahwa para perokok mungkin lebih kecil untuk terinfeksi Covid-19, melansir Reuters, Selasa (28/4).

Keputusan tersebut dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan dengan membatasi apotek untuk menjual lebih dari satu bulan pasokan produk nikotin yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada rokok. Setiap penjualan harus dicatat oleh apotek, apakah pembeli memiliki resep dokter atau tidak. Untuk penjualan online telah sepenuhnya dilarang.

Bulan lalu, otoritas kesehatan Prancis meminta dokter untuk tidak meresepkan hydroxychloroquine untuk pasien terduga virus Corona setelah sebuah penelitian mengatakan obat itu berpotensi menyembuhkan Covid-19, yang bisa menyebabkan kekurangan pasokan hydroxychloroquine bagi penderita lain.