Adanya dugaan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) merupakan buntut Perang Dagang China-Amerika Serikat tidak dapat dinafikan. Bisa saja penyebaran virus corona ini merupakan bagian dari konspirasi politik dan keamanan atau bahkan perang biologis (bio war) AS dan China.


Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Muhyiddin Junaidi saat mengisi diskusi daring bertajuk "Pandemi Covid-19 dan Konspirasi Internasional", mengamini bahwa masih terbuka kemungkinan bahwa wabah Covid-19 ini masih bagian dari konspirasi politik AS-China.

Hal ini diperkuat dengan sejumlah pernyataan para ahli dan pakar virologi yang menyebut ada keanehan pada Covid-19.

"Kita tahu, kita percaya, bahwa Covid-19 makhluk Allah. Tapi para pakar yang saya baca, baik itu dari Jepang, Rusia dan dari beberapa negara maju lainnya mengatakan ada keanehan dalam Covid-19 ini," ujar Muhyiddin Junaidi, Kamis (7/5/2020).

Dia menambahkan, keanehan itu sedang diselidiki di Lab P4 yang berada di Institute Virologi Wuhan, China. Diketahui, Lab P4 ini merupakan satu-satunya laboratorium di Asia yang khusus mempelajari dan meneliti virus paling berbahaya di Dunia. Bahkan Lab itu sering dikenal sebagai "Kapal Induk untuk Riset Super Virus".

"Lab Wuhan P4 semua data-data sekarang ini sedang di kolektif dan hal terlengkap. Maka kalau sudah ditemukan ini akan lebih ngeri lagi," tuturnya.

Muhyiddin yang juga master pengajar Bahasa Inggris dari Universitas South Pacific, Fiji itu mempercayai apa yang telah diungkapkan oleh sejumlah pakar dan ahli virologi terkait kejanggalan Covid-19 itu. Sebab, pakar dan ahli lantaran mereka dianggap menguasai di bidang yang digelutinya tersebut.

Kata Muhyiddin, salah satu pakar virologi menyebut Covid-19 kerap berubah-ubah karakteristik antar negara satu dengan yang lainnya. Sesuai iklim dan suhu di negara-negara yang terserang wabah Covid-19.

"Saya percaya yang ditulis oleh para pakar, yaitu ada nanti kebenarannya. Karena apa karena ternyata Covid-19 ini terus mengalami perubahan. Ke Eropa, Asia, bentuknya (Covid-19) juga berubah," katanya.

"Jadi ini memang bukan sembarang rekayasa, bukan sembarang penyakit. Ini penyakit yang menurut para ahli, kalau ahli Virologi dari Rusia mengatakan 'hanya orang gila yang menambah kekuatan daya ledak Covid-19 yang pada awalnya biasa-biasa menjadi super biasa'. Hanya orang gila yang melakukan itu," imbuhnya menegaskan.

Lebih lanjut, dia menyarankan agar Pemerintah Indonesia tidak terlibat konflik perang dagang antara AS dan China tersebut. Sebaiknya, Indonesia menjadi negara yang independen tidak berpihak kepada kedua negara superpower tersebut.

Meskipun, Indonesia dekat dengan China secara bilateral. Baca Juga Veto Resolusi Pembatasan Kewenangan Perang Presiden, Trump: Ini Sangat Menghina Hal ini antara lain bertujuan supaya tidak ada dampak serius terhadap masyarakat Indonesia akibat ketegangan AS versus China itu.

"Nah kalau menurut saya kita harus berada di wasathiyah (pertengahan). Kita harus membangun namanya proxy aliansi negara-negara Islam dan negara berkembang," demikian Muhyiddin Junaidi.[ida]